Pembangunan jalur kereta api rute Purwokerto-Wonosobo mulai di bangun secara bertahap pada periode tahun 1893 - 1917 oleh perusahaan kereta api swasta SDS (Serajoedal Stoomtram Maatschappij). Usulan pembangunan jalur ini disampaikan oleh pabrik-pabrik gula yang ada di daerah Banyumas. Posisi jalur kereta api rute Purwokerto - Wonosobo tidak jauh dari pabrik-pabrik gula yang ada di Banyumas karena dari pabrik-pabrik gula inilah nantinya pengangkutan barang rutin akan dilakukan. Jalur kereta api rute Purwokerto-Wonosobo sepanjang 92,1 kilometer melalui kota Purwokerto, Sokaraja, Banjarsari, Klampok, Banjarnegara, dan Wonosobo (ke arah timur). Selain itu juga dibangun jalur cabang Banjarsari - Purbalingga sepanjang 7 km diresmikan pengoperasiannya pada tahun 1900. SDS juga membangun jalur kereta api juga menghubungkan Purwokerto-Patikraja-Sampang-Maos (ke arah selatan) sepanjang 29 km dan diresmikan pengoperasiannya pada tahun 1896.
Jalur ini diujicoba terlebih dahulu
untuk pengangkutan barang milik Pemerintah Hindia Belanda. Untuk
selanjutnya disamping mengoperasikan gerbong barang, perusahaan ini juga
mengoperasikan kereta penumpang untuk masyarakat umum. Kereta api yang
melintas rute ini ternyata sangat diminati oleh masyarakat Banyumas
sebagai sarana transportasi yang efektif dan murah.
Perusahaan-perusahaan swasta besar yang
paling berkepentingan dan paling banyak menggunakan jasa kereta api
adalah perusahaan gula. Sejak kereta api beroperasi maka seluruh muatan
milik pabrik gula diangkut dengan kereta api. Barang-barang milik pabrik
gula yang diangkut dengan kereta api antara lain perlengkapan pabrik
seperti batu gamping, mesin, barang logam, bahan bakar dan pembungkus
gula.
Selain itu dimuat juga perlengkapan
perkebunan tebu seperti bibit dan pupuk. Barang-barang tersebut semuanya
didatangkan dari luar Banyumas, bahkan dari luar negeri. Sedangkan yang
dibawa keluar dari wilayah Banyumas misalnya gula dan sirup tebu.
Barang-barang ini dibawa ke pelabuhan Cilacap untuk selanjutnya
dikapalkan ke luar negeri atau barang-barang tersebut dibawa ke stasiun
Maos untuk selanjutnya di angkut oleh kereta api milik perusahaan Staats
Spoorwegen (SS) ke Batavia (Jakarta).
Selain perkebunan tebu, daerah Wonosobo
kaya dengan hasil perkebunan tembakau dan pertanian. Hasil pertanian dan
perkebunan tembakau di daerah Wonosobo sebelah utara (Dieng) juga
diangkut oleh kereta api. Pada masa jayanya, 1 rangkaian kereta api
terdiri dari gerbong barang dan kereta penumpang. 1 Rangkaian kereta api
dapat mencapai 5 kereta. Gerbong barang biasanya adalah hasil bumi
seperti sayuran dan tembakau. Pada masa itu, jadwal kereta adalah 2 kali
dari Wonosobo yaitu pagi dan sore, serta 2 kali dari Purwokerto yaitu
pagi dan sore juga, sehingga ada 2 rangkaian yang digunakan. Diantara
stasiun-stasiun, yang memiliki dipo adalah stasiun Purwokerto, stasiun
Banjarnegara dan stasiun Klampok.
Seiring perkembangan transportasi jalan
raya, maka jalur kereta api rute Purwokerto-Wonosobo ditutup pada tahun
1978 karena kalang bersaing dengan moda yang menggunakan jalan raya.
Hanya tersisa jalur rute Purwokerto - Purwokerto Timur (5 km) yang
beroperasi untuk kereta barang sampai dengan tahun 1985. Saat ini
kondisi untuk jalur rute Purwokerto-Wonosobo dalam kondisi rusak karena
lebih dari 24 tahun terbengkalai. Kondisi rusak meliputi aset rel,
jembatan dan stasiun. Berbagai prasarana kereta api telah dipakai pihak
lain seperti untuk jalan raya, rumah penduduk, persawahan, pertokoan dan
fasilitas umum lainnya. Dari total panjang rel 92,1 km, kurang dari 10
persen yang tersisa, sementara 90 persen rel sudah dibongkar.
Jalur kereta api rute
Purwokerto-Wonosobo dapat dikembangkan untuk kereta api wisata. pada
rute ini banyak melewati kawasan pedesaan dan pinggir jalan raya
sehingga memberi kesan suasana pedesaan. Di kota Wonosobo, terdapat tempat wisata seperti pemandian air hangat Kalianget dan telaga Menjer.
Ini adalah salah satu video kereta api di Wonosobo yang telah di upload di youtube,. yang mau nonton ayo ke TKP....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar